Rabu, 05 Agustus 2020

SEJARAH XI 07-08 KERAJAAN MARITIM HINDU -BUDHA

  • Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara terletak tidak jauh diantara pantai utara Jawa Barat. Diperkirakan wilayah kerajaan Tarumanegara itu meliputi daerah Banten, Jakarta, dan Cirebon. Kerajaan ini mulai berkembang pada abad ke-5 M, di bawah kekuasaan Raja Purnawarman. Pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat. Seperti yang disebutkan dalam Prasasti Tugu, Raja Purnawarman membuat pembangunan irigasi dengan cara menggali saluran sungai kurang lebih sepanjang 6.122 tumbak (11 km), yang kemudian disebut sebagai Sungai Gomati.

Pembuatan saluran irigasi ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, karena pada akhirnya dapat mengairi ladang pertanian masyarakat. Oleh karena itu, Raja Purnawarman menjadi raja yang diagung-agungkan rakyat. Adanya saluran irigasi ini juga memberi dampak yang besar pada peningkatan ekonomi masyarakat, karena berguna sebagai sarana lalu lintas perdagangan.

Selain itu, ia juga menjalin hubungan baik dengan Cina di masa Dinasti Tang, terbukti dari adanya catatan seorang pendeta bernama Fa Hsien yang terdampar di Pulau Jawa pada 414 M. Dalam catatan itu disebutkan bahwa masyarakat sekitar sudah mendapat pengaruh Hindu India. Raja dan sebagian besar masyarakat memeluk agama Hindu, beberapa juga ada yang memeluk agama Buddha dan animisme.

Berdasarkan Prasasti Ciaruteun, terdapat telapak kaki Raja Purnawarman yang dianggap rakyat sebagai telapak kaki Dewa Wisnu atau dewa pelindung dunia.

  • Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga atau Holing diperkirakan terletak di daerah Jepara, Jawa Tengah. Berdasarkan berita Cina dari Dinasti Tang, kerajaan Kalingga memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas, di mana sebelah timur berbatasan dengan Po-Li (Bali), di sebelah barat berbatasan dengan To-Po-Teng (Sumatra), sebelah utara berbatasan dengan Ta-Hen-La (Kamboja), sedangkan selatan berbatasan dengan Samudra.

Raja yang terkenal di kerajaan Kalingga yaitu Ratu Sima, yang memerintah sekitar tahun 674 M. Ratu Sima adalah pemimpin yang tegas, jujur, dan bijaksana. Ratu Sima akan menghukum siapapun yang melanggar hukum, baik dari kalangan rakyat biasa maupun kerabatnya sendiri. Sehingga keadaan sosial masyarakat menjadi teratur. Rakyat menghormati dan menaati peraturan yang diterapkan Ratu Sima.

Kepercayaan utama di kerajaan Kalingga adalah Buddha. Menurut catatan I-Tsing, temannya bernama Hui-Ning dan pembantunya Yunki pada tahun 665 M pergi ke Kalingga untuk menerjemahkan kitab suci agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Tiongkok. Sementara untuk mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani dan berdagang di pasar. Pada tahun 742-755 M, kerajaan Kalingga mengalami kemunduran akibat serangan Sriwijaya dalam upaya menguasai perdagangan, akibatnya pemerintahan Kijen mundur ke pedalaman Jawa Tengah.